Channelindonesia.id – Baru-baru ini, dunia dihebohkan oleh temuan sumber logam yang disebut rare earth atau tanah jarang dan logam ini telah terdapat di ujung utara Swedia sebanyak 1 juta ton lebih.
Dilansir dari finance.detik.com dan bbc.co.uk, kabar temuan logam rare earth ini menghebohkan karena belum pernah ada yang menambang logam tersebut di Eropa.
Pada 2021 yang lalu, UE telah menggunakan 98% kebutuhan logam tanah atau rare earth yang diimpor dari Tiongkok.
Logam rare earth ini adalah sebuah mineral ikutan memiliki sifat magnetik dan konduktif yang biasa digunakan pada perangkat atau peralatan elektronik, seperti ponsel, tablet, televisi, dan lain-lain.
Selain itu, rare earth dimanfaatkan di sektor lain juga, seperti di bidang kesehatan, otomotif, penerbangan, bahkan untuk industri pertahanan
Melihat fungsi dan kegunaannya, logam ini diklaim punya nilai ekonomi cukup besar di dunia, bahkan banyak yang menyebutnya sebagai harta karun negara.
Menurut Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin di Indonesia sendiri, terbilang lambat melakukan eksplorasi terhadap logam rare earth. Jadi, saat ini belum terlalu banyak informasi terkait potensi logam tersebut di Indonesia.
Walaupun begitu, Ridwan menyebut ada sekitar 8 lokasi yang terdeteksi memiliki kandungan rare earth di Indonesia dan masih masuk dalam tahapan awal eksplorasi.
“Dalam tahapan eksplorasi kita terbatas, dari potensi yang ada keterdapatannya ada di 9 lokasi, dan sudah terpetakan baru di 8 lokasi. Dari 8 lokasi ini baru dilakukan eksplorasi awal secara umum kami sangat terbatas informasinya,” ujar Ridwan, dilansir dari finance.detik.com pada Jumat (13/01/2023).
Ridwan mengatakan logam tanah jarang paling banyak ditemukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Potensinya mencapai puluhan hingga ratusan ribu ton logam tanah jarang.
“Paling banyak memang ada di provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya di Bangka Selatan,” katanya.
Dalam data yang dipaparkan Ridwan, Bangka Belitung memiliki potensi logam tanah jarang sebesar 186.663 dalam bentuk monasit dan 20.734 logam tanah jarang dalam bentuk senotim.
Selain di Bangka Belitung, potensi logam tanah jarang lainnya juga ditemukan di Sulawesi Tengah sebesar 443 ton dalam bentuk laterit, dan Kalimantan Barat sebesar 219 ton. Ada juga potensi di Sumatera Utara sebesar 19.917 ton.