Channelindonesia.id – Setelah mendapatkan berbagai macam materi oleh para narasumber. Saat ini, peserta sertifikasi manasik haji diberikan materi terkait Kebijakan Penyelenggaraan Ibadah Haji di Indonesia yang dibawakan oleh Hilman Latief selaku Dirjen Haji dan Umroh Kemenag.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh hasil kerjasama antara UIN Alauddin Makassar dan Kemenag Kanwil Sulsel ini berlangsung di Asrama Haji Sudiang, Kota Makassar dan berlangsung selama sepekan.
Melalui Zoom, Hilman Latief menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk kaderisasi yang harus terus dilakukan oleh pemerintah dan sudah beberapa provinsi yang menyiapkan forum-forum seperti ini.
“Alhamdulillah beberapa provinsi sudah menyiapkan forum-forum semacam ini, sehingga banyak kalangan dari perguruan tinggi, seperti dosen, penyuluh, ASN, Kementerian Agama, masyarakat sipil, dan ormas Islam yang ikut dalam forum ini, dalam rangka memperkuat ekosistem pengolahan haji,” tuturnya, Kamis (09/02/2023).
“Maka dari itu, saya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada penyelenggara dan tentu saja kepada peserta yang telah berhari-hari menyisihkan waktunya dalam suatu bentuk ijtihad keislaman yang mudah-mudahan menjadi amal jariyah kepada kalian semua,” lanjutnya.
Dia juga menjelaskan terkait ekosistem penyelenggaraan haji yang semakin kuat, karena untuk pendampingan jamaah tidak hanya dilakukan pada saat melakukan ibadah haji.
“Melainkan harus bisa membuat jamaah itu bisa menyerap dan mengimplementasikan ilmu manasik yang mereka pelajari. Mudah-mudahan kehadiran kalian bisa membuat warna baru. Karena kita berharap dengan adanya sertifikasi pembimbingan ini, kalian bisa memiliki pemahaman lebih soal haji atau umroh,” jelasnya lagi.
Dalam materinya, Hilman menuturkan untuk memudahkan jamaah haji, itu sudah ada beberapa fasilitas yang diberikan ataupun diterapkan yang bisa memudahkan para jamaah haji nantinya.
“Ada badal haji bagi jamaah yang tidak sempat melakukannya, kemudian ada safari wukuf bagi jamaah, bahkan sarana-sarana yang ada di Minah kita sudah ada perluasan. Saudi sudah berani memperluas kawasan Minah,” tuturnya.
“Jadi ada banyak isu soalnya terkait pembimbingan yang harus terus di eksplorasi sebenarnya. Tentu bagi jamaah, anda harus menyampaikan materi-materi yang jelas,” lanjut Hilman.
Ada fakta yang menyebutkan bahwa setiap jamaah memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Jamaah yang terbanyak itu, seperti ibu rumah tangga, pedagang/wiraswasta, dan barulah setelah itu ada berbagai macam latar belakang.
“Jadi pendekatan yang dilakukan pertama-tama adalah pembimbing harus bisa mengetahui latar belakang jamaah terlebih dahulu. Selain itu, dibutuhkan juga metode yang kontekstual, agar para jamaah juga bisa menerima pesan-pesan dari pembimbing,” ungkapnya.
Terkait soal biaya, Hilman menyebut bahwa saat ini, bagaimana caranya bisa menyusun pembiayaan dan saat ini pihaknya mencoba menyusun kebijakan yang bisa memfasilitasi 5,6 juta jamaah.
“Niatnya adalah dengan banyaknya kebijakan yang kita kumpulkan, konsep istitoha harus tetap terjaga. Kita menghindari mudharatnya dalam jangka waktu yang panjang,” jelasnya.