Channelindonesia.id – Musyawarah Wilayah (Muswil) Muhammadiyah Sulsel ke 40 bakal digelar di Kabupaten Enrekang yang akan dilaksanakan 3 – 5 Maret 2023.
Musyawarah organisasi tertua di Indonesia untuk tingkat Propinsi ini mengambil tema “Mencerahkan Ummat, Memajukan Sulawesi Selatan”.
Sesuai mekanisme yang telah diatur dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, setiap Anggota Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah dan Ortom Tingkat Wilayah memberi usulan nama bakal calon pimpinan ke Panitia Pemilihan.
Selanjutnya Panitia Pemilihan melakukan evaluasi terhadap calon yang diusulkan untuk disesuaikan dengan syarat-syarat menjadi pimpinan Muhammadiyah. Calon yang memenuhi syarat selanjutnya ditetapkan sebagai Bakal Calon Pimpinan Muhammadiyah Sulsel.
Untuk Musywil Muhammadiyah Sulsel ke 40 ini, Panitia Pemilihan telah menetapkan 65 nama bakal calon yang akan dipilih pada forum Musyawarah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah pada 3 Maret 2023.
Di forum ini akan dipilih 39 nama calon pimpinan yang selanjutnya akan dibawa di forum Musywarah Wilayah Muhammadiyah Sulsel pada 4 Maret 2023.
Setelah penetapan 39 nama calon pimpinan, peserta Musyawarah Wilayah akan memilih 13 orang nama atau Formatur 13 yang akan menjadi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan periode 2022 – 2027.
Sejumlah nama besar masuk dalam 65 daftar bakal calon yang telah ditetapkan Panitia Pemilihan. Ada 10 guru besar Unhas dan UIN Alauddin Makassar yang lolos seleksi.
Latar belakang bakal calon juga sangat beragam, akademisi, profesional, guru, LSM, pengusaha dan profesional.
Salah seorang bakal calon pimpinan adalah H. Abdul Rachmat Noer., yang posisinya saat ini di Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sulsel sebagai Wakil Bendahara.
“Saya bersyukur dan berterima kasih karena masih dipercaya untuk mengurusi Muhammadiyah,” ungkapnya.
Rachmat tidak banyak berkomentar seputar dirinya masuk dalam daftar bakal calon Pimpinan Muhammadiyah Sulsel.
Dia hanya berharap akan lebih fokus mengurus Muhammadiyah pada periode berikutnya jika sekiranya musyawirin mempercayakan kembali duduk sebagai pimpinan.
Rachmat mengenal Muhammadiyah saat menjadi anggota IPM tahun 1982. Kemudian melanjutkan aktivitasnya di Ortom IMM ketika masuk kuliah di Fak. Ekonomi Universitas Hasanuddin tahun 1985.
Di IMM, Rachmat pernah menjadi Ketua Komisariat IMM Fakultas Ekonomi Unhas tahun 1988 – 1989. Kemudian menjadi Ketua Cabang IMM Ujung Pandang 1991 – 1993. Dia juga pernah menjabat Sekretaris Korps Instruktur DPD IMM Sulsel 1987 – 1989.
Perjalanan organisasi Rachmat di Ortom Muhammadiyah berlanjut ketika dipercayakan menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah Wilayah Sulawesi Selatan 2006 – 2010.
Pada Musyawarah Wilayah Muhamadiyah Sulsel ke 39 tahun 2019 di Palopo, Rachmat berada diurutan 14. Karena ada anggota pimpinan yang meninggal, akhirnya dia ditetapkan sebagai Wakil Bendahara.
Di Musyawarah Muhammadiyah Sulsel ke 40 di Enrekang, Rachmat tidak memasang target masuk ke pimpinan 13. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada musyawirin untuk memilih dirinya.
“Insya Allah saya tidak berambisi menjadi pimpinan Muhammadiyah karena menjadi pimpinan Muhammadiyah itu sangat berat. Jika tidak dilandasi ikhlas, ihsan dan iman, sulit untuk menjalankan amanah sebagai pimpinan di Muhammadiyah, di semua tingkatan,” kunci Rachmat.